Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Apakah etis pengelola jurnal ilmiah yang sering meloloskan tulisannya sendiri?

Menulis karya ilmiah saat ini sifatnya wajib bagi kalangan dosen, peneliti dan guru untuk menunjang karir mereka. Mulai menjamurnya jurnal-jurnal baru, di sisi lain, kewajiban menulis masih bersifat perintah, membuat para akademisi tergopoh-gopoh menyongsongnya. Kewajiban ini belum berakar dalam kultur dunia akademik di Indonesia, sehingga isu etika nampaknya masih kurang diperhatikan. Saya tidak membahas fenomena seperti pertanyaan pertama di atas. Saya rasa kultur di negara kita masih kepayahan menyerap isu publikasi ilmiah lainnya yang lebih serius: plagiarisme. Tulisan ini tidak hendak membahas plagiarisme, yang juga masih belum menyatu secara kultur sehingga masih banyak terjadi. Tulisan ini tentang masalah etika lainnya, seperti fokus tulisan ini, juga perlu mulai diperhatikan, yakni mengenai etika mempublikasikan artikel karya sendiri di dalam jurnal yang penulis kelola atau istilahnya: self-publishing . Catatan-catatan dari Komite Etika Publikasi (Committee on Publication Ethic

Bolehkah paper yang kita presentasikan di suatu konferensi, diterbitkan di sebuah jurnal lain?

Pertanyaan di atas saya ajukan di Quora , berikut 2 jawabannya. Jawaban 1 Konferensi ilmiah ada banyak macamnya. Kalau dalam konferensi tersebut Anda diminta untuk mengirimkan fullpaper Anda kamudian fullpaper tersebut akan dipublikasikan dalam proceeding, maka jawabannya tidak boleh karena paper tersebut sudah dianggap sudah dipublikasikan. Lain ceritanya jika konferensi ilmiah tersebut tidak meminta Anda untuk mengirimkan fullpaper dan tidak dipublikasikan dalam proceeding. Biasanya, konferensi ilmiah seperti ini hanya meminta Anda untuk mengirimkan Abstrak saja. Nah, kalau disini, Anda baru boleh untuk mengirimkan fullpaper Anda ke sebuah penerbit jurnal. Hal ini dikarenakan paper Anda masih dianggap belum dipublikasikan sehingga dapat Anda ajukan ke penerbit jurnal untuk diterbitkan. Selama kuliah S1, saya sudah 6 kali mengikuti konferensi (2 nasional dan 4 internasional) untuk mempresentasikan hasil riset saya. Selama mengikuti konferensi ini, saya tidak pernah mengikuti satupun k

Masa depan aplikasi berbasis mobile: perspektif distribusi jaringan internet

Binbing Zheng, Assistant Professor di Michigan State University, dalam tulisannya di The Conversation, menyatakan program one-to-one , suatu program yang memberikan laptop pada tiap siswa di Amerika Serikat, yang diinisiasi oleh Maine Learning Technology Initiative (MLTI) pada 2002, terbukti sukses memajukan para siswa. Hal itu tampak dari nilai yang baik pada mata pelajaran sains, menulis, matematika, hingga bahasa Inggris. Alasan kesuksesan itu sederhana saja: laptop adalah gerbang abad 21, abad telekomunikasi dan informatika. PERMASALAHANNYA…. Untuk mendukung ide elektronik pendidikan, mutlak diperlukan jaringan internet. Kenyataannya jaringan internet, bahkan untuk area sekitar pantura Jawa, masih banyak blank-spot. Jangkauan sinyal Telkomsel di sekitar Semarang, Kendal dan Batang (sumber: nperf.com ) Bisa dilihat dalam peta di atas, perhatikan kode warnanya. Bisa dibilang bahwa yang terkover sinyal Telkomsel rata-rata hanya 25% saja dari wilayah dalam peta tersebut. See? Realisti

Pilpres 2014 dan 2019: perspektif metaforik

Pilpres 2014, bagi saya, adalah pengalaman sejarah negara yang ajaib dalam perspektif pribadi saya. Bagaimana tidak, nama lengkap saya dalam 2 kata terakhirnya mirip dengan nama Pak Joko Widodo (Jkw). Nama lengkap saya FCM Djoko Widodo. Asli, ini tidak ngarang. Itu satu fakta. Fakta lainnya, saya lahir di tanggal dan bulan yang sama dengan Pak Prabowo Subianto (PS). Sejak tahu fakta itu, saya jadi tertarik dengan rekam jejak PS. Saya mulai intens mengikuti perjalanan hidupnya yang ditulis dalam berbagai artikel media massa dan buku-buku biografi tokoh-tokoh penting. Ketika PS intens beriklan, jauh sebelum pilpres 2014, saya heran. Orang ini narsistik atau jenius? Apa maksudnya? Kemanakah arus hendak dia arahkan? Kembali ke Pilpres 2014. Tahun 2014 menjelang pilpres saya termenung-menung, milih yang mana ya? Ketika akhirnya menentukan pilihan, saya masih juga termangu. Kegalauan ini seolah menjelma dalam skala yang lebih luas dengan terbelahnya masyarakat dalam pilpres 2014 lalu. Ya. Te

Apakah profesi surveyor (petugas ukur pertanahan) akan benar-benar hilang ditelan era Revolusi Industri 4.0?

Presiden Jokowi, melalu Tjahjo Kumolo (Menpan RB), mencanangkan program efisiensi birokrat dengan memangkas beberapa level pejabat eselon yang dianggap tidak menampakkan manfaat yang diharapkan (sumber: Detik.com dan Kompas.com ). Saya mengamati kebijakan ini sangat startegis dalam mengantisipasi perubahan yang kita kenal dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Perkembangan ini membawa efek disrupsi terhadap beberapa profesi yang kita kenal selama ini, yang akhirnya mau tidak mau elemen birokrat mesti menyesuaikan. Pendekatan Baru Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Dalam hal profesi surveyor menarik untuk dikaji mempertimbangkan karakteristik profesi dan perkembangan teknologi. Sebagai contoh penggunaan peta bersumber dari OpenStreetMap (OSM) telah banyak dikembangkan dalam rangka pengukuran dan pemetaan perkotaan. OSM dalam rangka survei kadaster, meliputi: keuntungan dan kerugian penggunaan metode online dan keterbukaan prosedur. Selanjutnya mengkaji perbedaan peran pengguna level paka