Skip to main content

Posts

Showing posts from 1996

Dekatkan Dahimu, Maryam..

Ya.. dekatkanlah kepadaku Ada sekuntum mawar putih di dalam hatiku yang ingin kusematkan di dekatnya Betapa manisnya cinta bila mawar itu gemetar menahan malu (Gibran) Puisi di atas adalah bagian dari surat Gibran kepada  May Ziadah. Penggalan surat ini pula yang membuka perkenalan saya dengan sastrawan dari Libanon ini. Ada sesuatu dalam syairnya. Sederhana namun berbunga. Mengalir tapi mengendap. Tuangan kata-katanya mencerminkan pandangannya tentang dunia. Suram. Lebih kepada gambaran suatu citra yang kurang pencahayaan. Kira-kira setara dengan suasana mendung pertama musim penghujan. Dan sepertinya saya memang harus selalu terpikat sastrawan Far East. Demikian pula kedemenan saya akan Queen. Tema lagu-lagu Queen, ibarat bandhwidth telpon seluler, lebar! Dalam. Evergreen. Dan sebagian besarnya buah karya Fredie Mercury, sang vokalis, yang keturunan Persia. Talenta Fredie memang luar biasa. Dia seperti gampang saja menyusun syair. Seakan kata-kata mengapung di udara, dan dia tinggal

Mother Love

I’ve walked too long in this lonely lane I’ve had enough of this same old game I’m a man of the world they say that I’m strong But my hearth is heavy my hope is gone Out in the city in the cold world outside I don’t want pity just a safe place to hide Mama please let me back inside My body’s aching but I can’t sleep Got such a feeling as the sun goes down I’m coming home to my sweet Mother Love.... (Queen) Settingnya di pra dan pasca pemilihan ketua IKARI VII, saya merangkap di IKARI 08 dan di IKARI VII, perjuangan yang berat. Kurun waktu ini saya banyak belajar bagaimana jadi seorang pemimpin. Berat. Sendirian. Kesepian. Saban hari penginnya lari dari masalah yang mengepung, maunya jadi petani di lereng gunung yang sepi aja. Ah gak jadi. Sama saja. Setiap nafas masih bisa dipetik di situlah berakar problema, entah mau jadi petani, sopir, presiden, ketua ikari atau apalah, hidup adalah risiko. Risiko menghadapi masalah. Ada banyak pilihan. Setiap pilihan memiliki risikonya masing-masin

Hari Ini

Saya buka kisah dengan latar belakang kisahnya mengambil setting sekitar pengumuman UMPTN tahun 1996, (ini kesempatan terakhir, yang pertama sih keterima, tapi gak puas). Ahh ternyata lolos, alias tidak ada nama saya di situ. Saya pulang lapor ke Ibu, beliau dengan sangat ringan dan sejuk bilang ah belum rezeki kamu kuliah di Yogya, udah  liburnya nambah  lagi.... Saya ketawa, trus saya cari makan... habis makan saya bawa motor ke gundukan tanah Graha Padma (waktu itu belum jadi perumahan), saya merenung di ujung urugan tanah itu. Sambil tetap di atas motor. Segala kegagalan Kehancuran Putus asa Patah arang Terhina Harga diri Terkulai lemas Ditatapi mata kosong berpuluh ekor kerbau Gundukan tanah gersang Rawa bakau yang sepi Membentuk gelombang gaib Menyesakkan dan meledakkan dada Harga diri yang terlukai, mengalir Menetesi tanah berdebu Menggema dan bercerita Teringat adik-adik di Miftahul Jannah. Koq gak bisa ngasih contoh prestasi yang membanggakan dan bisa dijadikan panutan. Koq sa